Kamis, 27 Juni 2013

Ini nih yang di tolak kaprodi


Teori Komunikasi
UKD II
Ade Retza Arientika C. N.
D0211001
Ilmu Komunikasi A
FISIP UNS

Temukan fenomena komunikasi apapun yang bisa dilihat dalam rubrik Acara Hari Ini Harian Kompas dan analisis dengan teori komunikasi massa!
Menganalisis rubrik Acara Hari Ini Harian Kompas pada hari Senin, 9 April 2012, saya menemukan sebuah fenomena komunikasi di mana setiap stasiun televisi berlomba-lomba untuk menampilkan program-program unggulan di waktu-waktu utama (prime time). Selain itu, setiap stasiun televisi menyajikan program acara bertema atau berjenis sama di waktu yang sama juga. Mereka juga menyuguhkan program-program terbaik mereka agar tidak tersaingi satu sama lain di setiap jam yang sama. Terlihat bagaimana pentingnya informasi yang disajikan setiap stasiun televisi setiap jamnya bagi para pemirsanya sehingga setiap stasiun televisi berlomba-lomba memberikan program acara yang terbaik. Misalnya pada pagi hari, saat di mana “warung akan buka”, yaitu saat kita membuka mata dan stasiun televisi baru membuka lapaknya saja, hampir di setiap stasiun televisi menghadirkan acara rohani pagi, setelah itu dilanjutkan dengan berita pagi hari. Atau pada waktu prime time sekitar pukul 19.00-22.00 WIB, beberapa televisi nasional yang sudah komersiil, seperti RCTI, SCTV, INDOSIAR, TRANS TV, MNC TV, ataupun TRANS 7 menyajikan acara-acara yang saling berebut rating, antara lain sinetron dan acara komedi.
Melihat fenomena tersebut, saya menyimpulkan bahwa program acara apa yang disajikan stasiun televisi pada waktu-waktu tertentu menjadi penting bagi pemirsanya sehingga saat ini setiap stasiun televisi nasional di Indonesia berlomba-lomba menghadirkan program-program unggulan pada waktu-waktu tertentu yang hampir berjenis sama di stasiun televisi satu dengan lainnya. Pemirsa televisi sebagai khalayak umum telah melihat betapa pentingnya program acara yang telah diagendakan oleh para stasiun televisi.
Saya melandasi fenomena di atas berdasarkan teori agenda setting. Teori ini dikemukakan oleh M. E. Mc Combs dan D. L. Shaw dalam “Public Opinion Quarterly”, berjudul “Agenda-Setting Function of Mass Media ” terbitan tahun 1972, mereka mengatakan bahwa “jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Terlihat dalam fenomena komunikasi yang telah dijelaskan di atas bahwa stasiun televisi menyuguhkan program-program acara yang telah diagendakan pada masa-masa tertentu, sehingga dapat membentuk opini permisanya. Para pemirsa menjadikan program acara tersebut penting untuk ditonton karena stasiun televisi menyajikannya pada jam-jam yang pas.
Misalnya saja stasiun televisi RCTI menayangkan mega sinetron Yusra dan Yumna pada pukul 20.00 WIB dan mega sinetron Karunia pukul 21.30 WIB. Penayangan mega sinetron tersebut tepat pada waktu prime time televisi di mana khalayak beristirahat dan memerlukan hiburan atau bahkan tempat melarikan diri untuk rehat dari dunia nyatanya. RCTI memandang waktu tersebut penting sehingga penyuguhan mega sinetronnya menjadi penting bagi khalayak penikmat sinetron. Hal ini juga dilakukan stasiun televisi lainnya yang memunculkan produksi program acara tandingan. SCTV tidak mau kalah dengan sinetron Putih Abu-Abu dan Cinta Salsabila – nya, Indosiar dengan Rama Shinta dan  Tutur Tinular Versi 2011 – nya, atau MNC TV dengan Fathiyah, Tendangan Si Madun, dan Segalanya Cinta – nya. Hal yang sama pada program acara komedi yang disiarkan pada masa prime time, seperti Opera Van Java – nya TRANS 7, Comedy Project dan Tahan Tawa – nya TRANS TV. Terlihat bahwa televisi secara efektif memberi hiburan kepada pemirsanya dan mempersepsikan pemirsa bagaimana pentingnya hiburan tersebut.
Terdapat tiga konseptualisasi agenda untuk memahami prosesi agenda setting sendiri menurut Manhein. Yaitu, agenda media, agenda khalayak, dan agenda kebijaksanaan. Untuk lebih menganalisis fenomena komunikasi di atas, perlu pemahaman lebih dalam mengenai dimensi-dimensi yang terdapat dalam agenda media dan agenda masyarakat serta tentunya agenda kebijaksanaan.
·         Dimensi-dimensi dalam agenda media:
a.       Visibility (visibilitas): jumlah dan tingkat menonjolnya berita. Dalam dimensi ini kita dapat melihatnya dari banyaknya sinetron unggulan yang ditayangkan tiap-tiap stasiun televisi pada waktu prime time.
b.      Audience Salience (tingkat menonjol bagi khalayak): relevansi berita atau informasi bagi kebutuhan khalayak. Telah disebutkan di atas bahwa masa prime time adalah masa di mana khalayak membutuhkan tempat pelarian, televisi menangkapnya sebaagi lahan yang cocok untuk menyiarkan sinetron-snetron unggulannya atau program hiburan (komedi) lainnnya.
c.       Valence (valensi): menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan (penyajian) informasi bagi suatu peristiwa. Mega sinetron atau acara komedi yang disiarkan jelas-jelas dikemas sangat ciamik oleh para editor di tiap-tiap stasiun televisi untuk merebut hati para pemirsanya.
·         Dimensi-dimensi dalam agenda khalayak:
a.       Familiarity (keakraban): derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu. Para pemirsa penikmat sinetron atau hiburan lain (komedi) di kala prime time dengan sadarnya menganggap program-program acara di televisi sebagai tontonan yang wajib disaksikan. Mereka merasa bahwa disitulah tempat pelarian mereka dari kehidupan sehari-hari.
b.      Personal Salience (penonjolan pribadi): relevansi kepentingan dengan ciri pribadi. Tentu saja individu-individu pemirsa televisi merasa ada kesinambungan antara apa yang disajikan televisi dalam sinetron dan acara hiburan lainnya dengan keperluan pribadinya. Seperti halnya ibu-ibu yang memerlukan sinetron Yusra dan Yumna sebagai wadah pelarian dari kerjaan mengurus rumah tangga yang begitu rumit dan melelahkan. Atau bapak-bapak yang mencari hiburan pengocok perut di OVJ setelah seharian bergelut dengan pekerjaan di kantor mereka.
c.       Favorability (kesenangan): pertimbangan akan senang atau tidaknya akan topik berita. Dilihat dari dimensi ini, kesenangan pemirsa akan suatu sinetron sangat mempengaruhi ditayangkan atau tidaknya. Maka dari itu saya menspesifikasi khalayak menjadi pemirsa televisi dan pemirsa televisi menjadi pemirsa penikmat sinetron atau hiburan lain (komedi). Hal ini disebabkan karena tidak semua pemirsa televisi menyukai sinetron atau hiburan lainnya di kala prime time, bahkan ada yang mematikan televisinya saat sinetron sedang melakoni adegannya.
·         Dimensi-dimensi dalam agenda kebijaksanaan, agenda kebijaksanaan ini merupakan bagaian dari pemerintahan:
a.       Support (dukungan): kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu
b.      Likelihood of Action (kemungkinan kegiatan): kemungkinan peemrintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
c.       Freedom of Action (kebebasan bertindak): nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.
Jadi kesimpulannya, teori agenda setting ini berlaku pada fenomena komunikasi yang saya temukan pada rubrik Acara Hari Ini Harian Kompas, karena ketika setiap stasiun televisi menayangkan program acara unggulan (contoh dalam analisis saya adalah sinetron dan program hiburan lainnya -komedi- pada masa prime time) pada waktu yang sama menjadikan hal tersebut essensial bagi para pemirsanya (dilihat dari opini publik yang terbentuk mengenai sinetron dan program hiburan lainnya –komedi-). Sehingga setiap stasiun televisi dewasa ini saling berebut hati pemirsannya dengan menyiarkan program acara terbaik dan selalu mengagendakannya di waktu-waktu yang sekiranya dapat ditonton oleh khalayak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar