Tokoh-tokoh
Jurnalistik Indonesia
Indonesia
memiliki beberapa jurnalis yang melegenda dan berandil besar dalam sejarah
perkembangan pers Indonesia. Dengan kerja keras mereka, dunia jurnalistik
Indonesia terus mengalami peningkatan pesat menuju kemoderenan pers. Lima
jurnalis besar yang akan saya ulas berikut merupakan figur yang tidak dapat
dilepaskan dari dunia cosmopolitan
pers Indonesia.
Moechtar Loebis lahir di Padang,
Sumatera Barat, pada tanggal 7 Maret 1922. Beliau merupakan seorang jurnalis
dan pengarang ternama Indonesia. Beliau merupakan jurnalis yang menetang keras
pemerintahan kala itu, ia tidak hanya dikenal keras melawan otoriter juga
merupakan pribadi yang disiplin terhadap keluarga dan orang-orang yang
dikenalnya.
Beliau
merupakan salah satu penggagas dan pendiri kantor berita Antara, yang kemudian
mendirikan dan menjadi pemimpin harian Indonesia Raya yang telah dibredel oleh
pemerintah karena dirasa telah melenceng dari ketentuan pers otoritas saat itu.
pada saat Orde Lama yaitu saat kepemimpinan Sukarno, Moechtar Loebis pernah
diasingkan. Hingga akhir hayatnya, 2 Juli 2004 Moechtar Loebis tetap menjadi
panutan jurnalis-jurnalis Indonesia dalam mempertahankan keindependenanya dan
menjadi legenda dalam perjuangan pers Indonesia.
Karya
Moechtar Loebis antara lain: Tidak Ada Esok (novel, 1951), Harimau! Harimau! (novel, 1975), Manusia
Indonesia (1977), dan lain-lain.
Rosihan
Anwar
Rosihan
Anwar juga merupakan seorang sejarahwan, sastrawan, dan budayawan. Karier
jurnalistik beliau dimulai sebagai reporter Asia Raya pada saat kedudukan
Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan
Pendoman (1948-1961). Pada tahun 1961 koran Penoman dibredel pemerintah. Di
masa Orde Baru beliau menajbat sebagai ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia
(1968-1974). Beliau juga mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini-1950)
bersama Usmar Ismail. Hingga akhir hayatnya, beliau terus menjadi bagian-bagian
perkembangan Pers Indonesia, menjadi panutan baik media dalam bahkan luar
negeri, dan terus menjadi seorang kritikus film Indonesia.
Karya
Rosihan Anwar antara lain: Ke Barat dari Rumah (1952), India dari Dekat (1954),
Film pertama: Darah
dan Doa, ia sekaligus menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai produser film Terimalah Laguku, dan berbagai
karya sastra lainnya.
H.
Mahbub Junaidi lahir di Jakarta, 27 Juli 1933 di keluarga dengan tradisi NU
yang kental. Sejak kecil beliau gemar menulis dan memiliki semboyan bahwa
beliau akan tetap menulis walaupun ajal menjemputnya. Kariernya di dunia
jurnalis diawali dengan menjadi penulis di majalah sekolah dan majalah kampus
(beliau merupakan seorang aktivis kampus). Selain itu beliau juga merupakan
penggerak berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan sekaligus ketua
PMII yang pertama. Selama kariernya sebagai ketua PMII dalam 3 periode
berturut-turut Mahbub juga menjadi kolumnis di beberapa koran-koran dan majalah
bonafit Indonesia. Beliau dikenal sebagai penulis yang santai dan humoris namun
tetap lugas. Bahasa-bahasa yang digunakan cenderung informal dan muda. Pada tanggal
1 Oktober 1995, Mahbub wafat dengan meninggalkan sejuta kenangan di dunia satra
dan jurnalis Indonesia.
Karya-karya
Mahbub Junaidi antara lain: Dari Hari Ke Hari (1975), Lakulah Sebuah Hotel
(1978), Politik Tingkat Tinggi Kampus (1978), Humor Jurnalistik (1986), dan
lain sebagainya.
Jakob
Oetama
Tokoh
pers Indonesia ini berasal dari Jawa Tengah, ya Dr (HC) Jakob Oetama lahir di
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 27 Agustus 1931. Adalah seorang
anak guru yang mengajar di Sleman, Yogyakrata yang merupakan salah satu tokoh
pendiri harian Kompas yang kini menjadi Presiden Direktur Perusahan Besar
Kelompok Kompas-Gramedia.
Karier
jurnalistik Jakob Oetama dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur
(1956) dan berlanjut denagn mendirikan majalah Intisari (1963) bersama P. K.
Ojong. Dua tahun kemudian (1965) kembali bersama Ojong, jakob Oetama mendirikan
harian Kompas. Kompas Gramedia Group berkembang pesat mulai pada tahun 80-an
hingga kini Kompas Gramedia Group memiliki beberapa
anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku,
percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV
hingga Universitas. Selain itu beberapa jabatan pernah diduduki Jakob Oetama,
antara lain Sekjen PWI, Anggota Dewan Penasehat PWI, Pendiri dan Anggota Dewan
Kantor Berita Nasional Indonesia, serta sekaarng masih menajbat sebagai Pembina
Pengurus Pusat PWI dan Penasehat Konfederasi Wartawan ASEAN.
Beberapa
karya tulis Jakob Oetama: Dunia Usaha dan Etika Bisnis (2001), Berpikir Ulang tentang
Keindonesiaan (2002), dan Bersyukur dan Menggugat Diri (2009).
Merupakan
salah satu pendiri dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo yang lahir di
Batang, Jawa Tengah, 29 Juli 1941. Hasrat menulis Goen, sapaan akrab beliau,
sudah terlihat sejak di sekolah dasar. Hingga pada akhirnya Goenawan Mohamad
mendirikan Majalah Tempo (1971), yang karakter jurnalistiknya mengusung ritme
Majalah Time. Majalah Tempo sempat juga diberhentikan peredarannya pada tahun
1994 oleh pemerintah. Selain berupa majalah, Tempo pun memperluas jangkauan
dengan membentuk surat kabar. Selain mendirikan Majalah Tempo, Goenawan juga
mendirikan Aliansi Jurnalis Independen serta Institusi Studi Arus Informasi di
Indonesia.
Karya
Goenawan Mohamad antara lain: Parikesit (1971),
Interlude (1973), Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980), serta buku-buku kumpulan esai
dan sajak lain beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar